Kamis, 11 Juni 2020

MISI KARAKTER MORAL IBU PROFESIONA


MISI #6 – MENYELAMI KARAKTER MORAL MELALUI EBOOK DAN PODCAST BERSAMA WI

Bissmillahirrahmanirrahim ... Assalamualaikum wr wb

Hai hai para ibu ibu Matrik #8, berjumpa lagi setelah libur dua minggu, gimana? Apa masih semangat semangat, hari ini deadline nya dan ibu ibu Matrik #8 IP Batam belum ada yang setor yaa termasuk saya yaa, apa efek kelamaan libur ni hayo hayoo … tapi tetap semangat kaan biar bisa wisuda bareng bareng J

Chek it out, inilah kisahku…

Mau kah kau menikah dengan ku, tapi aku belum punya apa-apa, termasuk rumah mobil dan lain-lain aku hanya memiliki pekerjaan yang itu pun tidak tetap,,, iya aku mau menemanimu dari Nol… kata-kata ini masih teringat jelas di telingaku tepatnya empat tahun lalu (December 2016). Percakapan ini begitu serius sampai akhirnya kami menikah dan ada si kecil Aboy yang umurnya nyaris 3 Tahun.  Kata-kata inilah yang membuat kami memiliki target dan misi sebelum aboy mulai sekolah nanti. Target inilah yang menjadi tantangan hidup untuk ku maupun suami selama berproses menjalani kehidupan. Dengan ijin suami aku pun memilih menjadi part time mother untuk sementara waktu. Banyak sekali tantangan tantangan yang harus kami hadapi. Aku harus menjalani peran sebagai working mom yang bekerja di ranah public dan juga sebagai ibu harus menjalankan kewajibanku untuk mendidik anak.

Setiap ibu pasti punya tantangan dalam berproses di kehidupannya yang mungkin bisa menjadi beban, Di dalam diri kita sendiri ternyata ada karakter moral yang harus kita gali dan dan cari tau untuk dijadikan penyambuk untuk terus berproses ke yang lebih baik lagi.
Dan di dalam diriku ternyata ada karakter moral ibu professional yang menjadi kekuatanku, ini kisah dan caraku untuk mengatasi tantangan tantangan tersebut:
      Never Stopped Running, The Mission Alive
Rumah yang berantakan, Pakaian yang menumpuk, adalah resiko menjadi working mom. Menjadi working mom juga mengharuskan kami menitipkan anak dirumah mertua ketika jam kerja. Kebetulan mertua sangat senang jika cucu nya berada di dekatnya dan suami juga tidak setuju jika anak dititipkan ke orang lain. Perbedaan cara mendidik anak kadang bisa membuat percekcokan. dan banyak lagi masalah-masalah yang muncul. Jujur ini tantangan yang sangat sulit buat saya. Tapi hidup harus berjalan bukan? jadi dinikmati saja setiap prosesnya. Sesuai dengan Materi dari WI Itsnita bahwa:  Salah satu cara untuk menghadapi tantangan hidup ini adalah dengan  mengambil jeda lalu melanjutkan lagi perjalanan tersebut. Ketika kita lelah tenangkan lah hati, lalu bangkit lagi. Berjalan atau berjalan di tempat sesekali tak mengapa. 1-2 mundur kebelakang untuk loncat 5 langkah kedepan juga tak mengapa. yang penting tetap berprogress maju jalan. Saya pun sependapat dengan kutipan ini. Ketika lelah maka saya mengambil jeda untuk bercuty dan pergi berlibur :) :)  
Don’t Teach Me I Love to Learn
Sebagai anak bungsu saya termasuk perempuan yang telat masuk dapur, karna ada banyak kakak kakak perempuan yang bisa diandalkan membuatku jarang berada di dapur. di tambah suami tidak menuntut istri nya bisa memasak, bahkan dia pernah bilang dia tidak mencari koki tapi mencari istri. Tapi ternyata setelah menikah aku pun kesulitan dengan kegiatan masak memasak ini. Karna jarang praktek sehingga kata kata alah bisa karna biasa itu pun tidak melekat padaku, Aku pun tidak berputus asa dengan Dunia permasakan ini. Aku berproses dengan rajin memasak walaupun rasanya tidak menentu. Hingga akhirnya kemarin sore aku menjatuhkan pilihan untuk masuk ke rumbel memasak di kampung Komunitas Ibu Profesional. Mba Ely aku mau masuk rumble memasak tapi aku tidak bisa masak, apakah bisa? Dan jawaban mbak Ely pun membuatku lega… Saya pun tak pandai memasak J J … baiklah mbak Ely aku di daftarkan ya hehe. 

Always On Time
Meskipun kami bekerja, Tapi anak tetap harus prioritas Utama. Itulah prinsip kami berdua. Jadi sebisa mungkin hanya meninggal kan anak ketika jam bekerja saja, selebihnya full time membersamai anak tanpa helper. Ketika bekerja anak akan bermain di rumah nenek nya untuk beberapa jam, dan sepulang bekerja kami akan pulang ke rumah. Jarak antara rumah kami dan rumah ortu kemudian dari rumah ortu ke kantor yang jauh ini menjadi tantangan tersendiri. Karna telat satu menit saja dari jadwal harusnya kami brangkat akan sangat berpengaruh dengan terlambatnya kami ke kantor. Bangun lebih pagi untuk menyipakan bekal anak, suami dll. Awalnya saya sempat kesulitan dan ingin menyerah saja, tapi akhirnya disiplin itu tumbuh karna sudah terbiasa. Berkat support dari suami juga. 

Sharing is Caring
Sangat bersyukur sekali di pertemukan dengan IP, semenjak masuk di group regional saya pun baru mengetahui istilah silent reader. Sesuai dengan kata WI Yesi Dwi Fitria di dalam materi, bahwa: Berbagi itu itu bisa dengan berbagai cara berbagi itu memiliki arti kepedulian dan menyimpan cinta didalamnya. Andai ada sehari penuh beraktifitas, maka di penghujung sore, perasaan lega yang hadir didada. Karena menjadi seorang yang bermakna. Awalnya saya tidak berani mengacungkan tangan untuk menjadi admin yang membantu memandu di matrik #8 karena yang terfikir di benak saya bahwa memandu berarti kita harus lebih dulu dalam mengerjakan tugas. Tapi para Bunda Cekatan mengatakan bahwa semua boleh membantu saling mengingatkan agar bisa menyelesaikan tugas. Saya sangat senang jika bisa mengingatkan teman2 yang lain jika ada tugas baru yang harus di setor. Ada perasaan bahagia yang tidak bisa di ungkapkan ketika semua sudah mennyetorkan tugas. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMPAT SHOLAT DI SINGAPORE PART 1

Menurut informasi di Singapore itu susah lo cari tempat sholat? Bener gak sih …  Suara azan saja tidak terdengar setiap waktu sholat sep...